Internet dan SMOG

Assalaamu’alaikum, Readers
Well, Posting kali ini khusus buat tugas kuliah saya, jadi mohon perkenankan bagi saya untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (meskipun masih campur aduk, aduh malu hihihihi).
Now, I wanna talk about Social Media and SMOG. Menurut saya, kedua hal tersebut memiliki keterkaitan yang cukup erat, mungkin mereka pacaran, mungkin juga sudah jadi mantan.

APAAN SIH , KUH !! ABSURD DEH

Eits... Sumanai (maafkan)
Khilaf hehe
So, to the main topic

Berkembangnya media sosial berisi berbagai informasi dari berbagai bidang. Cakupan informasi tersebut sangat luas.
Boleh jadi informasi tersebut berupa survey, iptek, umum, maupun berita-berita yang sedang hangat. Bahkan, tak jarang kita juga dapat mengetahui informasi tentang seorang public figure dari akun media sosialnya.
Sayangnya, media sosial sekarang ini banyak memuat SMOG. Apa itu SMOG ?  Menurut David Shenk, SMOG adalah kotoran data. Bisa kita artikan SMOG adalah data yang tidak berguna. User Indonesia terbiasa membuat konten informasi yang tidak bermakna, atau bahkan tidak berguna sama sekali. Mereka –user Indonesia- senang sekali curhat di akun media sosialnya, entah itu di Facebooknya, Twitter, Instagram atau media sosial lainnya. Hal ini membuat batas-batas privasi orang-orang mulai runtuh. Aneh memang, orang-orang sekarang mudah sekali membuka aibnya sendiri.
       
Konten informasi lainnya yang merupakan SMOG adalah pornografi. Di Indonesia, situs pornografi layaknya tikus di sawah petani, susah sekali untuk dibasmi. Kendatipun DISHUBKOMINFO selalu melakukan patroli untuk memblokir situs pornografi atau memblok IP bersangkutan, tetap saja masih bisa di akses dengan menggunakan VPN. Disisi lain, para provider internet pun juga melakukan hal yang sama. Mereka mengatur proxy mereka, lalu memblokir situs-situs tenar pornografi, pun nihil hasilnya. VPN masih bisa menembus akses tersebut Sulit memang, karena itulah Pemerintah mengadakan Program Workshop Konten Informasi Digital yang disingkat KIDI, untuk menggeser konten-konten negatif dengan konten-konten informasi yang lebih berguna. .
Dampak negatif internet selain pornografi ialah Piracy dan atau Plagiarisme. Piracy adalah tindakan pembajakan. Hal ini banyak terjadi pada file-file musik, video, dan aplikasi-aplikasi khususnya aplikasi untuk Microsoft Windows. Piracy tentu dapat memengaruhi pendapatan Vendor, sehingga membuat Vendor mengalami instabilitas dana. Selain itu, adapula Plagiarisme yang marak dikalangan mahasiswa. Kerap kali, mahasiswa mengerjakan tugas-tugas kuliahnya hanya salin dan tempel dari sebuah situs. Istilah umumnya adalah COPAS. Lebih dari itu, situs yang mereka Copas tidaklah memiliki kredibilitas yang valid dan shahih, sehingga cukup meragukan jika dikutip untuk dijadikan sebuah tulisan dalam kontek ilmiah.
KIDI merupakan salah satu upaya pemerintah bagi generasi muda untuk membuat konten blog yang bermanfaat. Untuk di Kalimantan Selatan sendiri, memiliki wadah tersendiri bagi para blogger untuk memanfaatkan internet secara sehat, yaitu Blogger Banua. Blogger Banua merupakan wadah bagi para blogger untuk mengelola blog nya agar dapat menghasilkan konten informasi yang bermanfaat. Forum Blogger Banua yang masih cukup aktif hingga sekarang ini ialah grup Facebook-nya. Masih banyak dari para blogger yang berdiskusi entah hanya sekedar membahas mengenai tulisan, mencari uang melalui internet dengan cara yang positif, hingga membahas mengenai skrip-skrip yang demikian njlimet-nya.
So, Guys. Mari ciptakan konten informasi yang bermanfaat. Bukan hanya untuk kita, tetapi untuk semua orang. Jangan sampai Adik-adik kita “mengonsumsi” konten-konten yang negatif dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ahhhhh, It’s enough for now.
It’s all my opinion based on my observation. So, kalau tidak setuju, silahkan dan monggo saja
Sekian ya untuk posting kali ini, semoga bermanfaat
Wassalaamu’alaikum
It’s my time to say...

Never Stop Exploring Indonesia !!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Anime Steinsgate (2011)

Ulasan Anime Death Parade